Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam Guru Penggerak!!!
Tergerak!
Bergerak!
Menggerakkan!
Bapak ibu Guru Hebat
Ijinkan saya memaparkan koneksi antar materi – kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 Perkenalkan saya, Titin Suningsih. Saya Calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari SMP Negeri 1 Banjarwangi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Pada kesempatan ini saya menuliskan artikel tentang kesimpulan dan refleksi pengetahuan serta pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara guna memenuhi tugas 1.1.a.8.
- Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Sebelum mempelajari modul 1.1, saya mengira anak hanyalah selembar kertas kosong dan tugas kitalah yang mengisinya. Saya juga percaya bahwa guru selalu memimpin dan memberi contoh. Guru harus serta tahu dan menyampaikan pengetahuan tersebut kepada siswa tanpa melibatkan mereka dalam pencarian konsep pengetahuan.
Pembelajaran yang diterapkan selama ini lebih fokus pada aspek kognitif, saya merasa akan gagal jika siswa tidak mencapai KKM. Saya yakin pembelajaran yang terbaik adalah di dalam kelas, karena menurut saya kelas adalah tempat yang dipersiapkan untuk belajar sehingga di dalam kelas anak-anak dapat lebih fokus dalam belajar.
Hingga terkadang saya kurang memperhatikan minat dan perilaku siswa di kelas karena terlalu antusias dalam menyampaikan materi dengan harapan siswa dapat memahami materi yang disampaikan dan mengerjakan pekerjaan rumahnya tepat waktu.
Dalam kegiatan pembelajaran saya mencoba memberikan contoh perilaku yang baik di kelas seperti yang dijelaskan oleh guru, namun terkadang situasi menjadi tegang karena terkesan ada siswa yang dipaksa mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Tanpa disadari saat mengajar saya masih menggunakan metode ceramah sehingga hanya menyisakan sedikit ruang untuk siswa.
- Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul 1.1 ini cara pandang saya terhadap pendidikan berubah, dan kepercayaan saya selama ini terkikis. Saat ini saya sadar bahwa anak bukan selembar kertas putih, melainkan sebuah kertas yang sudah terisi penuh namun coretan-coretannya masih suram/buram. Coretan-coretan buram ini adalah sifat dasar anak baik dan buruk yang sudah ia bawa sejak lahir.
Tugas kita sebagai pendidik adalah menuntunnya menebalkan coretan-coretan yang baik dan semakin menyamarkan coretan-coretan yang buruk. Jadi kita hanya bisa mengubah atau membimbing lakunya ke arah yang lebih baik. Namun kita tidak bisa mengubah ataupun menghapus dasar yang sudah ia bawa semenjak lahir, kita hanya menebalkan atau menyamarkan saja.
Bahkan membuat saya sadar bahwa peran seorang pendidik adalah lebih ke Tut Wuri Handayani di belakang memberikan dorongan, kita harus memberikan kebebasan kemerdekaan kepada peserta didk dengan segala kodratnya, sehingga merekaa mempunyai inisiatif, berfikir kreatif, dan inovatif. Mampu menemukan sendiri konsep ilmu pengetahuan bukan hanya sekedar disuapi oleh guru. Seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk selalu belajar dengan tuntas dan maju berkelanjutan yang memiliki makna pada kehidupan.
Ketika anak diberikan kebebasan sesuai dengan kodratnya yang dalam hal ini kodrat anak adalah bermain maka anak merasa senang dan tanpa sadar akan cinta belajar.
Saat ini saya sadar bahwa aspek kognitif bukan aspek yang terpenting lagi, melainkan harus diselaraskan dengan aspek apektif yakni budi pekerti. Budi pekerti di sini adalah rambu atau arahan yang diberikan kepada anak sehingga ia sadar bahwa kebebasannya dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kebebasannya haruslah kebebasan yang bertanggung jawab. Budi pekertilah yang akan membentuk manusia yang humanis, manusia yang penuh kasih sayang, hati yang bersih, jujur, selamat dan bahagia.
Selain itu saya juga sadar bahwa pembelajaran tidak harus selalu di kelas, justru anak perlu interaksi dengan lingkungan sekitar. Apa yang mereka pelajari harus mempunyai korelasi dengan kehidupannya. Sehingga pembelajaran yang kita laksanakan akan berguna bagi kehidupannya di masyarakat.
Setelah saya mempelajari modul ini banyak sekali hal-hal baru yang saya pahami, diantaranya yaitu saya menjadi lebih memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa “Pendidikan Berpihak/Berpusat pada Murid”. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman.
Saya juga semakin memahami akan makna dari semboyan pendidikan yang berbunyi:
Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan)
Seorang pendidik harus bisa membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar dan tepat.
Ing Madyo Mangun Karso (di tengah membangun kekuatan dan terus berkarya)
Kehadiran pendidik dapat memfasilitasi dengan beragam metode dan strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik.
Dengan mengikuti pelatihan calon penggerak banyak sekali perubahan diri yang saya alami. Saya menjadi melek teknologi khususnya dalam mengirimkan tugas-tugasnya yang bisa dikirimkan dengan berbagai model. Dengan kecakapan abad 21, perubahan yang saya alami adalah jadi mengetahui bagaimana cara membuat channel youtube sampai akhirnya mempunyai channel youtube sendiri. Saya juga jadi mengetahui bagaimana menulis artikel di media sosial. Saat pertama kali membuat tampilan video di channel youtube sendiri serta berhasil membuat artikel melalui kompasiana rasanya luar biasa senang sekali. Respon dari warga sekolah akan hasil karya saya sendiri yang telah saya share di media sosial juga sangat membangun sekali.
- Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Hal yang akan segera lakukan adalah menerapkan merdeka belajar dalam pembelajaran saya. Saya akan mengajak peserta didik untuk turut serta dalam perencanaan pembelajaran sehingga mereka akan antusias dalam mengikuti prosesnya.
Saya akan mendorong peserta didik untuk berfikir kreatif, inovatif dan mempunyai inisiatif dalam mengemukakan gagasannya. Sehingga mandiri dalam menemukan konsep-konsep ilmu pengetahuannya. Selain itu dapat menerapkan pembelajaran kontekstual, dimana menjadikan lingkungan dan kearifan lokal sebagai sumber belajar sehingga peserta didik akan mampu mengenali, melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya. Dalam pemberian kebebasan kemerdekaan belajar tentu saja saya juga akan tetap memberikan rambu-rambu atau arahan agar anak tidak kehilangan arah. Saya akan menanamkan budi pekerti melalui pembiasaaan-pembiasaan baik sebelum memulai proses mengakhiri pembelajaran. Saya akan meminta dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar, karena bagaimanapun sekolah, orang tua dan lingkungan sekitar merupakan bagian dari tiga aspek pembentuk karakter budi pekerti seorang anak.
Yang dapat saya terapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah menjadikan murid di dalam kelas sebagai subjek bukan objek, sehingga murid memiliki kemerdekaan dalam belajar.
Menerapkan pendidikan yang berpihak/berpusat pada murid dan memberikan respon yang positif dikala murid sedang mengekspresikan dirinya serta memposisikan seorang guru sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Mengajak murid dalam membuat kesepakatan kelas sehingga guru tidak dominan dalam memberikan aturan kelas.
Memberikan ruang waktu kepada murid agar bisa mengekspresikan dirinya sehingga saya mampu melihat bakat dan minat dari murid tersebut yang nantinya dapat menuntun murid untuk diarahkan kepada hal yang lebih baik.
Menciptakan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik dan inovatif. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan melalui media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video maupun audio atau pembelajaran yang berbasis permainan.
Berusaha menunjukkan teladan dan contoh yang baik dengan memberikan penguatan pendidikan karakter kepada murid sesuai dengan 6 profil pelajar Pancasila (Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif)
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.
Dalam proses menuntun, anak diberi kebebasan. Pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan serta arahan agar anak tidak kehilangan arah dan dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Dengan pendidikan budi pekerti yang merupakan keselarasan hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya akan melatih anak untuk memiliki kesadaran tinggi yang utuh untuk menjadi dirinya.
Sekian artikel saya tentang kesimpulan dan refleksi pengetahuan serta pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.